Takbirmursal adalah pembacaan takbir yang tidak terikat waktu, karena dianjurkan sepanjang malam. Seperti takbir di malam Idul Fitri dan Idul Adha. Adapun takbir muqayyad adalah takbiran yang terbatas pada waktu, seperti pembacaan takbir setiap selesai shalat lima waktu selama hari raya Idul Adha dan hari tasyrik, 11.12 dan 13 Dzulhijjah.
Videoceramah Gus Lubab tentang Hukum Takbiran diluar hari raya ied dan hari tasyrik. Apa Boleh Takbiran diluar hari Raya ied dan hari Tasyrik?Agar anda tahu
Portalberita untuk Anda. Kami sajikan semua bentuk peristiwa, kriminal, hukum, Ekonomi, Politik, Sosial Budaya, Pendidikan, Unik dan Liputan khusus. Kami ada karena Anda, dan Matakepri akan selalu ada untuk mencerdaskan masyarakat indonesia khususnya di Kepulauan Riau (Kepri)
Prosespenyembelihan hewan kurban yang berkaitan dengan Iduladha berlangsung selama 4 hari. Yaitu pada hari raya Iduladha (10 Zulhijah) dan selama 3 hari tasyrik tersebut (11, 12, dan 13 Zulhijah). Jika penyembelihan hewan dilakukan di luar hari-hari tersebut, maka dianggap sebagai sedekah biasa, bukan merupakan ibadah kurban.
hukum takbiran. Spiritual Hukum Menimbun Barang dalam Islam, Hati-hati Agar Terhindar Dari Dosa Rabu, 11 Mei 2022 | 14:32 WIB. Spiritual Aturan Perintah, Hukum, dan Ucapan Bacaan Takbir Hari Raya Idul Fitri? Lengkap Dengan Bacaannya Jumat, 29 April 2022 | 21:00 WIB. Spiritual
Mengumandangkantakbir lebaran adalah sunah Nabi SAW. Wednesday, 5 Muharram 1444 / 03 August 2022
.
- Sudah menjadi tradisi umat islam diseluruh dunia khususnya Indonesia. Malam tanggal satu syawal seiring dengan berakhirnya puasa Ramadhan masyarakat biasa mengundangkan takbir di masjid-masjid. Anak-anak, remaja putra putri hingga orang tua bersama-sama mengundangkan takbir, tahmid dan tasbih semalam suntuk. Suara takbiran bertalu-talu dari menara-menara masjid menambah kegembiraan setelah sebulan berpuasa. Tradisi ini sudah turun temurun dari nenenk moyang kita samapi hari ini. Lalu bagaimana hukum takbiran hari raya menurut dalil yang shahih dan berdasarkan penjelasan para ulama? Simak ulasan lengkap dibawah ini yang akan mengupas hukum takbiran ditinjau dari hukum syariat. Untuk mengawali pembahasan ini simak ayat di bawah ini; وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلى مَا هَداكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ “Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” QS. Al-Baqarah 185. Ayat diatas merupakan dalil bolehnya takbiran, baik hari raya idul fitri maupun idul adha. Sisi pendalilan dari ayat di atas, dari kalimat “….dan hendaklah kamu mengagungkan Alloh…”. Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thabari rohimahullah wafat 310 H يعني تعالى ذكره ولتعظِّموا الله بالذكر له بما أنعم عليكم به “Alloh Ta’ala memaksudkan dengan mengingat-Nya, artinya hendaknya kalian mengagungkan Alloh dengan menyebut bagi-Nya apa yang telah Dia karuniakan kepada kalian….”. [Jami’ul Bayan Fi Ta’wilil Qur’an 3/478]. Dan yang dimaksud dengan dzikir yang Alloh anjurkan di dalam ayat di atas, adalah kalimat takbir sebagaimana telah ditafsirkan oleh para ulama’ salaf. Diantara mereka adalah Pertama, Zaid bin Aslam. Al-Imam Ath-Thabari rohimahullah berkata Al-Mutsanna telah menceritakan kepadaku, dia berkata Suwaid bin Nashr telah menceritakan kepada kami, dia berkata Ibnul Mubarak telah mengabarkan kepada kami, dari Dawud bin Qois, dia berkata aku mendengar Zaid bin Aslam berkata ولتكبروا الله على ما هداكم"، قال إذا رأى الهلال، فالتكبيرُ من حين يَرى الهلال حتى ينصرف الإمام، في الطريق والمسجد، إلا أنه إذا حضر الإمامُ كفّ فلا يكبرِّ إلا بتكبيره “….dan hendaklah kamu mengagungkan Alloh…” beliau berkata Jika seorang melihat hilal, maka hendaknya dia bertakbir dimulai sejak dia melihat hilal sampai imam selesai di jalan, dan di masjid kecuali apabila imam telah datang, dia tahan jangan bertakbir kecuali dengan takbirnya”. [Jami’ul Bayan 3/479 No 2901. Simak pula “Tafsir Ibnu Abi Hatim” 1/314]. Kedua, Sufyan Ats-Tsauri –rohimahullah-. Al-Imam Ath-Thabari –rohimahullah- berkata Al-Mutsanna telah menceritakan kepadaku, dia berkata Suwaid telah menceritakan kepada kami, dia berkata Ibnul Mubarok telah mengabarkan kepada kami, dia berkata Aku mendengar Sufyan Ats-Tsauri berkata ولتكبِّروا الله على ما هداكم"، قال بلغنا أنه التكبير يوم الفطر ““….dan hendaklah kamu mengagungkan Alloh…” , beliau berkata Telah sampai kepada kami, sesungguhnya ia adalah ucapan takbir di hari raya Idul Fitri”. [Jami’ul Bayan 3/479 No 2902]. Ketiga, Ibnu Abbas –rodhiallohu anhu-. Al-Imam Ath-Thobari –rohimahullah- berkata Yunus telah menceritakan kepadaku, dia berkata Ibnu Wahb telah mengabarkan kepada kami, dia berkata Ibnu Zaid berkata Ibnu Abbas pernah berkata حقٌّ على المسلمين إذا نظروا إلى هلال شوال أن يكبرِّوا الله حتى يفرغوا من عيدهم، لأن الله تعالى ذكره يقول"ولتكملوا العدة ولتكبروا الله على ما هداكم" “Hak atas kaum muslimin apabila mereka telah melihat hilal tanggal satu bulan Syawwal untuk bertakbir mengagungkan Alloh sehingga selesai dari Ied mereka. Karena sesungguhnya Alloh Ta’ala berfirman “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,.” - QS. Al-Baqarah 185 -. [Jami’ul Bayan 3/479 No 2903]. Al-Imam Al-Qurthubi –rohimahullah- 671 H berkata قَوْلُهُ تَعَالَى" وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ" عَطْفُ عَلَيْهِ، وَمَعْنَاهُ الْحَضُّ عَلَى التَّكْبِيرِ فِي آخِرِ رَمَضَانَ فِي قَوْلِ جُمْهُورِ أَهْلِ التَّأْوِيلِ “Firman Alloh “dan hendaklah kamu mengagungkan Allah”, penghubungan atasnya. Maknanya Dorongan untuk bertakbir di akhir bulan Ramadhan menurut pendapat mayoritas ulama’ ahli takwil tafsir .” [Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an 2/306]. Al-Imam Abu Bakar Al-Jurjani –rohimahullah- wafat 471 H berkata وقيل تكبير يوم الفطر، وذلك سُنَّة أشار إليها القرآن من غير أمر بها “Firman Alloh “dan hendaklah kamu mengagungkan Allah” ,Ada yang berpendapat takbir di hari raya. Dan hal itu merupakan sunnah yang telah diisyaratkan oleh Al-Qur’an tanpa diperintahkan dengannya.” [Darju Durar 1/349]. Al-Imam Abu Mudzoffar As-Sam’ani –rohimahullah- wafat 489 H berkata أَي لتعظموه على مَا أرشدكم إِلَى مَا رضى بِهِ من صَوْم رَمَضَان. قَالَ ابْن عَبَّاس هُوَ تَكْبِيرَات لَيْلَة الْفطر وَهُوَ مَرْوِيّ عَن ابْن عمر، وَعَائِشَة رَضِي الله عَنْهُمَا. وَقَالَ حق على كل مُسلم أَن يكبر لَيْلَة الْفطر إِلَى أَن يفرغ من صَلَاة الْعِيد “Artinya hendaknya kalian mengagungkan-Nya atas apa yang Dia telah memberi petunjuk kepada kalian kepada apa yang telah Dia ridhoi dari puasa bulan Ramadhan. Ibnu Abbas berkata ia adalah takbir-takbir malam hari raya Idul Fithri. Dan hal ini juga diriwayatkan dari Ibnu Umar, dan Aisyah –rodhiallohu anhuma-. Dia berkata hak atas setiap muslim untuk bertakbir di malam hari raya Idul Fitri sampai selesai dari sholat Ied.” [Tafsir Abu Mudzoffar 1/185]. Dari beberapa keterangan para ulama’ ahli tafsir di atas dapat kita simpulkan, bahwa takbir pengagungan kepada Alloh dengan ucapan Allohu akbar di malam hari raya Idul Fitri sampai dimulainya sholat hari raya, merupakan perkara yang disyari’atkan. Takbir di hari raya boleh dilakukan sendiri-sendiri atau berjama’ah. Ini merupakan pendapat sekelompok para ulama’ salaf. Bahkan sebagian ulama’ ada yang menyatakan sebagai pendapat jumhur mayoritas ulama’. Hal ini berdasarkan beberapa argument, diantaranya Pertama Perintah takbir dalam surat Al-Baqarah ayat 185, sifatnya mutlak. Tidak dibatasi oleh sesuatupun. Dalam kaidah ushul fiqh, dalil yang mutlak diamalkan sesuai kemutlakannya, sampai ada dalil lain yang mentaqyidnya membatasinya . Sehingga dibolehkan bertakbir secara sendiri-sendiri ataupun berjama’ah. Barang siapa yang mengeluarkan surat Al-Baqarah 185 dari kemutlakannya, dan membatasi hanya takbir sendiri-sendiri, maka dituntut untuk mendatangkan dalil yang shohih dan jelas yang mengeluarkan dari makna asalnya. Adapun pihak yang mengamalkan ayat di atas sesuai kemutlakannya, maka jangan ditanya dalil lagi. Karena mereka telah beramal di atas dalil. Yang perlu ditanya dalil, orang yang membatasi takbiran harus sendiri-sendiri. Kedua Adapun dari hadits nabi-shollallahu alaihi wa sallam-, diantaranya Hadits Ummu Athiyyah –rodhiallohu anha- beliau berkata كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ العِيدِ حَتَّى نُخْرِجَ البِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا، حَتَّى نُخْرِجَ الحُيَّضَ، فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ، فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ، وَيَدْعُونَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ اليَوْمِ وَطُهْرَتَهُ» “Pada hari Raya Ied kami diperintahkan untuk keluar sampai-sampai kami mengajak para anak gadis dari kamarnya dan juga para wanita yang sedang haid. Mereka duduk di belakang barisan kaum laki-laki dan mengucapkan takbir mengikuti takbirnya kaum laki-laki, dan berdoa mengikuti doanya kaum laki-laki dengan mengharap barakah dan kesucian hari raya tersebut." [HR. Al-Bukhari 971]. Sisi pendalilan dari riwayat di atas, pada kalimat “ mereka para wanita mengucapkan takbir mengikuti takbir kaum laki-laki”. Makna yang dzohir tampak dari kalimat ini, takbir dilakukan secara bersama-sama jama’ah . Dalam kaidah ushul fiqh, suatu dalil yang memiliki makna dzohir, maka dipahami dan diamalkan sesuai dzohirnya. Tidak boleh bagi kita untuk keluar dari makna dzohirnya, sampai ada dalil yang mengeluarkannya dari makna asal kepada makna yang lain. Telah diriwayatkan al-imam Al-Bukhari –rohimahullah- secara mu’allaq dari Abdullah bin Umar –rodhiallohu anhu- يُكَبِّرُ فِي قُبَّتِهِ بِمِنًى فَيَسْمَعُهُ أَهْلُ المَسْجِدِ، فَيُكَبِّرُونَ وَيُكَبِّرُ أَهْلُ الأَسْوَاقِ حَتَّى تَرْتَجَّ مِنًى تَكْبِيرًا» “Sesungguhnya beliau bertakbir di atas menaranya di Mina, maka orang-orang di masjid mendengar hal itu, lalu mereka bertakbir, dan bertakbir pula orang-orang di pasar sehingga Mina goncang dan bergerak maksudnya gegap gempita dengan suara takbir.” [Shohih Al-Bukhari 2/20]. Ibnu Hajar –rohimahullah- mengatakan وَصَلَهُ سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ مِنْ رِوَايَةِ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ قَالَ كَانَ عُمَرُ يُكَبِّرُ فِي قُبَّتِهِ بِمِنًى وَيُكَبِّرُ أَهْلُ الْمَسْجِدِ وَيُكَبِّرُ أَهْلُ السُّوقِ حَتَّى تَرْتَجَّ مِنًى تَكْبِيرًا وَوَصَلَهُ أَبُو عُبَيْدٍ مِنْ وَجْهٍ آخَرَ بِلَفْظِ التَّعْلِيقِ وَمِنْ طَرِيقِهِ الْبَيْهَقِيُّ “Riwayat ini telah dimaushulkan disambung sanadnya oleh Sa’id bin Manshur dari riwayat Ubaid bin Umari dia berkata “Sesungguhnya beliau bertakbir di atas menaranya di Mina, maka orang-orang di masjid mendengar hal itu, lalu mereka bertakbir dan bertakbir pula orang-orang di pasar sehingga Mina goncang dan bergerak maksudnya gegap gempita dengan suara takbir.” Dan hal ini telah dimaushulkan oleh Abu Ubaid dari sisi yang lain dengan lafadz ta’liq. Al-Baihaqi juga telah meriwayatkan dari jalurnya”. [ Fathul Bari 2/462]. Saya penulis berkata Ucapan Ibnu Hajar –rohimahullah- “Al-Baihaqi juga telah meriwayatkan dari jalurnya”, maksudnya Al-Baihaqi telah meriwayatkan atsar dari Umar di atas, dari jalur periwayatan Abu Ubaid. Sebagaimana beliau berkata dalam “Sunan Al-Baihaqi” 3/312 Abu Abdillah Al-Hafidz telah mengabarkan kepada kami, dia berkata Abu Bakar bin Ishaq telah menceritakan kepada kami, dia berkata Abu Ubaid berkata Yahya bin Said telah menceritakan kepadaku, dari Ibnu Juraij dari Atho’ dari Ubaid bin Umair dari Umar……-kemudian beliau menyebutkan riwayat di atas .” Kemudian beliau Ibnu Hajar –rohimahullah- berkata وَقَوْلُهُ تَرْتَجُّ بِتَثْقِيلِ الْجِيمِ أَيْ تَضْطَرِبُ وَتَتَحَرَّكُ وَهِيَ مُبَالَغَةٌ فِي اجْتِمَاعِ رفع الْأَصْوَات “Ucapannya “tartajju” dengan tatsqiil di huruf jim, artinya goncang dan bergerak. Dan ini maknanya menunjukkan berlebihan di dalam berkumpul/berjama’ah dalam mengeraskan suara”. [Fathul Bari 2/462]. Al-Imam Al-Aini –rohimahullah- wafat 855 H berkata قَوْله حَتَّى ترتج يُقَال ارتج الْبَحْر، بتَشْديد الْجِيم إِذا اضْطربَ، والرج التحريك. قَوْله منى فَاعل ترتج. قَوْله تَكْبِيرا نصب على التَّعْلِيل، أَي لأجل التَّكْبِير، وَهُوَ مُبَالغَة فِي إجتماع رفع الْأَصْوَات. “ Ucapannya “sehingga tartajju”, dikatakan “Laut itu irtajja” dengan ditasydiid di huruf jim, artinya Apabila bergelombang atau goncang atau bergerak. Ar-rajju artinya bergerak. Dan ucapannya “Mina”, sebagai fail pelaku perbuatan dari kata kerja tartajju. Ucapannya “takbiran”, dalam kondisi manshub sebagai ta’lil sebab, artinya karena takbir. Dan hal ini sebagai bentuk berlebihan/menyangatkan dalam berkumpul/berjama’ah dalam mengangkat suara.” [Umdatul Qori’ 2/292]. Al-Imam Asy-Syaukani –rohimahullah- berkata وَقَوْلُهُ تَرْتَجُّ بِتَثْقِيلِ الْجِيمِ أَيْ تَضْطَرِبُ وَتَتَحَرَّكُ، وَهِيَ مُبَالَغَةٌ فِي اجْتِمَاعِ رَفَعَ الْأَصْوَاتِ. “Ucapannya “Tartajju”, dengan tatsqiil di huruf jim, artinya goncang dan bergerak. Dan ini menunjukkan akan bentuk berlebihan/menyangatkan dalam berkumpul/berjama’ah dalam mengangkat suara.” [Nailul Author 3/374]. Al-Imam Asy-Syafi’i –rohimahullah- berkata فاذاراواهلال شوال احببت ان يكبر الناس جماعة و فرادي في المسجدوالاسواق والطرق والمنازل و مسافرين ومقيمين في كل حال واين كانوا و ان يظهروا التكبير “Maka apabila mereka melihat hilal bulan Syawwal, aku sangat menganjurkan agar manusia bertakbir secara BERJAMA'AH atau SENDIRI-SENDIRI di masjid, pasar-pasar, jalan-jalan, rumah-rumah, musafir dan muqim di seluruh keadaan dan di manapun mereka berada untuk menampakkan takbir”. [Al-Umm 1/231]. Beliau rohimahullah juga berkata ويستحب الانفرادفي التكبير حالة المشي للمصلي و اما تكبير جماعة وهم جالسون في المصلي فهذا هوالذي استحسن “Dianjurkan sendiri-sendiri dalam takbir dalam keadaan berjalan bagi orang yang akan sholat. Adapun takbir SECARA BERJAMA'AH DAN MEREKA DALAM KONDISI DUDUK DI MUSHALA, maka ini perkara yang baik”. [Bulghatus Salik 1/304]. Demikian secara jelas dan tegas Al-Imam Asy-Syafi’i –rohimahullah- memperbolehkan untuk bertakbir secara berjama’ah. Oleh karena itu, menurut kami, adat takbiran baik sendiri atau berjama'ah di masjid-masjid atau takbir keliling yang sudah berjalan di negeri kita ini, merupakan suatu perkara yang baik. Karena sudah bersandar kepada dalil dan mengikuti fatwa seorang mujtahid mutlak sekelas imam Asy-Syafi'i. Apakah kita akan berani menyatakan imam Asy-Syafi'i telah mengadakan bid'ah dalam agama ? Tentu tidak. Atau beliau tidak punya sandaran dalil ? Tentu tidak. Siapa kita sampai berani berkata demikian. Benar ucapan yang berbunyi "Semoga Allah merahmati seorang yang mengetahui kadar dirinya". Jika anda ternyata punya pendapat lain, cukup bagi anda untuk berlapang dada dan menghormati mereka yang mengamalkannya. Jangan sampai masalah furuiyyah yang bersifat ijtihadiyyah menjadi sebab untuk saling mencela dan bermusuhan, apalagi menyesatkan. Dan inilah madzhab salaf. Walaupun bagi kami, mengikuti adat setempat yang telah berjalan merupakan perkara yang lebih baik sepanjang bukan termasuk pelanggaran agama. Ibnu Aqil Al Hambali berkata لا ينبغي الخروج من عادات الناس "Tidak seyogyanya untuk keluar dari adat manusia" selama tidak melanggar ketentuan syariat. Penutup; Takbir di hari raya, baik Idul Fitri atau Idul Adha, merupakan salah satu syi’ar besar umat Islam yang dianjurkan kepada kaum muslimin untuk mengamalkannya. Semoga bermanfaat. Barakallahu fiikum. Oleh Ust. Abdullah Al Jirani
Takbiran adalah kegiatan yang dilakukan oleh umat Islam berupa mengucapkan kalimat takbir bersama-sama, cenderung dilakukan menyambut datangnya hari-hari raya seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Di Indonesia, tradisi malam takbiran dirayakan dengan meriah, terkhususnya malam kemenangan setelah berpuasa selama sebulan penuh di bulan suci Ramadan. Setiap daerah memiliki cara masing-masing melaksanakan tradisi malam takbiran. Berikut ini adalah hukum dan tradisi malam takbiran yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Hukum Takbiran Tradisi Malam Takbiran Sebelum melihat berbagai tradisi unik Lebaran di Tanah Air, ada baiknya jika kita mengetahui terlebih dulu apa sebenarnya hukum melakukan malam takbiran? Apakah dilarang atau tidak dan seperti apa suasana malam takbiran di zaman Nabi Muhammad SAW? Maksud Takbiran Takbir sendiri adalah kalimat “Allahu Akbar” yang berarti “Allah Maha Besar”. Kalimat ini diucapkan berkali-kali dengan maksud untuk mengagungkan nama Allah SWT. Sementara takbiran merupakan kegiatan yang dilakukan pada malam 1 syawal sebagai perayaan kemenangan’ setelah berpuasa sebulan penuh sambil mengucapkan kalimat takbir. Apakah Ada Larangan? Terdapat pro dan kontra mengenai boleh atau tidaknya melakukan kegiatan malam takbiran. Pihak yang menganggap hal ini diperbolehkan adalah karena memang tidak ada aturan yang secara jelas melarang kegiatan ini. Akan tetapi, ada juga yang menganggap kegiatan ini tak dianjurkan karena Rasulullah SAW tidak memberikan contoh untuk melakukannya. Kebanyakan ulama pun mengatakan bahwa tidak ada takbiran saat malam 1 Syawal. Takbiran hanya dilakukan saat kita ingin menuju tempat salat Idul Fitri Id. Malam Takbiran di Zaman Rasulullah SAW Meski begitu, di zaman Nabi, takbiran saat Idul Fitri dimulai sejak maghrib malam 1 Syawal hingga sampai selesai salat Id. Diceritakan, Rasulullah SAW keluar rumah menuju lapangan sambil bertakbir dan melakukannya hingga selesai salat. Tradisi Malam Takbiran Unik Bagaimana, sudah cukup jelas hukum malam takbiran? Jika itu di zaman Nabi Muhammad SAW, seperti apa kegiatan malam takbiran di Indonesia yang punya keragaman budaya? Yuk simak daftarnya berikut ini. Meriam Karbit – Pontianak Umat muslim di kota Pontianak merayakan tradisi malam takbiran dengan cara yang cukup unik, yaitu menembakkan meriam karbit sebagai bentuk simbolis pengusiran roh-roh jahat yang ingin mengganggu umat manusia di hari raya Idul Fitri. Sultan Syarif Abdurahman Alkadrie, seorang pendiri dan sultan pertama di kerajaan Pontianak merupakan orang yang membawa tradisi malam takbiran ini. Dirinya menyulutkan sumbu meriam karbit di malam menyambut hari kemenangan. Tradisi malam takbiran ini disambut positif oleh penduduk dan pemerintah setempat di Pontianak sehingga menjadi tradisi malam takbiran yang diselenggarakan setiap tahun. Bahkan, pemerintah Pontianak menyelenggarakan Festival Meriam Karbit sebagai bentuk dukungan dan pelestarian kebudayaan. Ronjok Sayak – Bengkulu Ronjok sayak ditejermahkan ke dalam Bahasa Indonesia adalah Bakar Gunung. Tradisi malam takbiran Ronjok Sayak sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu oleh masyarakat dari suku Serawai di wilayah Bengkulu. Gunung yang dibakar bukanlah gunung sungguhan, melainkan susunan batok kelapa yang ditumpuk. Tumpukan batok kelapa kering ini kemudian dibakar setelah masyarakat menyelesaikan salat Isya. Tumbilotohe – Gorontalo Tradisi malam takbiran tampak seperti festival lampu minyak yang indah. Masyarakat Gorontalo merayakan takbiran dengan memasang ratusan hingga ribuan lampu minyak di tanah kosong yang disusun menjadi berbagai bentuk yang berkaitan dengan lebaran dan unsur Islami sebagai contoh masjid, kitab Al-Quran, ketupat, dan lain-lain. Tumbilotohe atau tradisi malam takbiran dengan cara menyalakan lampu-lampu minyak ini sudah berlangsung sejak abad ke-15. Tradisi ini cenderung dilaksanakan selama tiga hari hingga malam kemenangan tiba. Grebeg Syawal – Yogyakarta Di ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta DIY, masyarakat bersama dengan keluarga kerajaan merayakan malam takbiran dengan berebut tumpukan hasil bumi, seperti sayur-mayur dan buah-buahan, serta hidangan siap makan lainnya yang telah dibacakan doa oleh tokoh agama setempat. Meugang – Aceh Sementara itu, di Aceh, saat malam takbiran dilakukan dengan tradisi Meugang. Ini adalah tradisi memasak daging dan menyantapnya bersama-sama dengan keluarga, teman, dan bahkan yatim piatu. Tradisi ini biasa dilakukan tiga kali dalam setahun, yakni saat menyambut Ramadan, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Pesta Nasi Jaha – Sulawesi Utara Nasi jaha adalah nasi isi yang dibakar di dalam bambu. Kegiatan memasak nasi jaha biasanya dilakukan secara bersama-sama, sehingga sangat banyak jumlahnya. Tradisi ini dilakukan sebagai ajang silaturahmi, terutama bagi mereka yang baru pulang mudik. Pawai Pegon – Jawa Timur Warga di Jember, Jawa Timur, akan menggelar pawai unik bernama Pawai Pegon. Pawai ini dilakukan dengan menggunakan ratusan kereta pedati yang ditarik oleh sapi dan dihias sedemikian rupa. Kegiatan ini dilakukan dengan menyusuri persawahan hingga pesisir pantai. Perang Topat – Nusa Tenggara Timur Masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Timur NTT akan melangsungkan Perang Topat ketupat untuk memeriahkan malam takbiran. Tradisi ini dilakukan dengan cara saling melempar ketupat serta menggunakan pakaian adat antara umat Islam dan Hindu di Lombok. Akan tetapi, kegiatan ini bukan lah perang sungguhan lho, Toppers. Justru mereka melakukan ini sebagai cerminan dari kerukuran antar umat beragama di sana dan dilakukan dengan sangat damai. Pukul Sapu – Maluku Hampir sama seperti Perang Topat, di Kabupaten Maluku Tengah juga diadakan perang’ untuk menyambut datangnya hari raya Idul Fitri. Namun, jika di Lombok menggunakan ketupat, di sini mereka saling pukul dengan lidi dari pohon enau. Kegiatan yang telah dilakukan sejak abad ke-17 ini diselenggarakan dalam waktu 30 menit. Para peserta yang terluka akan langsung mendapat pengobatan secara khusus. Meski terdengar mengerikan, akan tetapi mereka tidak berkelahi sungguhan. Tujuannya pun untuk menjalin ikatan silaturahmi yang baik antar desa. Perang Meriam Bambu – Bogor Kegiatan yang cukup seru dilakukan di Desa Cinagara, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor untuk memeriahkan malam takbiran. Masyarakat di sana melakukan kegiatan yang disebut Perang Meriam Bambu. Ya, sesuai namanya, kegiatan ini diramaikan dengan menyalakan ribuan meriam buatan dari bambu yang berukuran cukup besar. Tradisi ini telah rutin digelar jauh sejak bertahun-tahun lalu. Itulah hukum malam takbiran dan berbagai tradisinya di berbagai daerah di Indonesia. Bermacam-macam tradisi di atas sangat unik bukan? Bagaimana kebiasaan tradisi malam takbiran di daerah kamu? Semoga bermanfaat. Dari berbagai sumber, sumber utama Tokopedia Salam Beri peringkat
Jakarta - Setiap dua hari raya Islam yakni Idul Fitri dan Idul Adha, didapati kaum muslim senantiasa mengumandangkan takbir, baik di masjid maupun di rumah. Lantas, bagaimana hukum bertakbir di hari raya?Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqih Sunnah, mengungkap takbir pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha merupakan sunnah juga Syaikh Alauddin Za'tari melalui buku Fiqh Al-'Ibadat; Ilmiyyan 'Ala Madzhabi Al-Imam Asy-Syafi'i yang diterjemahkan Abdul Rosyad Shiddiq. Ia mengemukakan hukumnya sunnah untuk bertakbir di hari Idul Fitri dan Idul Adha. Sunnah di sini berlaku bagi kaum laki-laki maupun perempuan baik yang tengah berpergian atau tidak mukim. Kecuali bagi orang yang sedang menunaikan haji karena ia membaca talbiyah yang menjadi syiar selama keadaan ihram hingga melakukan takbir di kedua hari raya dianjurkan bagi kaum muslim untuk dilaksanakan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 185 mengenai takbir di hari Idul Fitriوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَArtinya "Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur."Adapun anjuran bertakbir di hari raya Idul Adha bersandar pada dalil Surat Al-Baqarah ayat 203وَاذْكُرُوا اللّٰهَ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْدُوْدٰتٍ ۗArtinya "Berzikirlah kepada Allah pada hari yang telah ditentukan jumlahnya."Menurut Ibnu Abbas, yang dimaksud beberapa hari yang ditentukan dalam ayat tersebut adalah hari-hari dari buku Fiqih Sunnah, ada ulama yang berpandangan bahwa bertakbir hari raya Fitri dikumandangkan dari waktu pergi sholat Id hingga khutbah pula terdapat ulama yang berpemahaman takbir Idul Fitri dimulai sejak hilal 1 Syawal terlihat, tepatnya di malam hari raya sampai waktu pagi harinya saat hendak pergi menuju tempat sholat Id atau hingga imam berangkat untuk memimpin seseorang tak sholat berjamaah maka takbirnya dianjurkan berlanjut hingga ia memulai takbiratul ihram sholat Id. Namun apabila ia tidak sholat, maka ia boleh bertakbir sendiri hingga waktu tergelincirnya bertakbir di Idul Adha diawali mulai Subuh hari Arafah 9 Dzulhijjah sampai waktu Ashar hari terakhir di Mina 13 Dzulhijjah. Yang mana bertakbir selama hari tasyrik adalah Cara Bertakbir di Hari RayaSyaikh Alauddin Za'tari melalui bukunya menjelaskan, orang yang takbiran di hari Idul Fitri maupun Idul Adha dapat melakukannya kapan saja selama masih dalam waktu yang ditentukan, dan di mana saja baik dalam keadaan berdiri atau berbaring, di rumah, di jalan, atau di dianjurkan dengan suara lantang bagi laki-laki. Sedangkan perempuan harus merendahkan suara di sekitar kaum pria yang bukan mahramnya, di mana cukup dia sendiri saja yang mendengar bacaan takbir hari raya menurut hadits, sebagai berikutاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أكْبَرُ وَ لِلَّهِ الْحَمْدLatin Allaahu akbar, Allaahu akbar, Allaahu akbar, laa ilaaha illa Allaahu wa Allaahu akbar, Allaahu akbar wa lillaahil hamdArtinya "Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar. Tiada Tuhan selain Allah dan Allah Mahabesar. Allah Mahabesar dan segala puji bagi Allah."Itulah mengenai hukum takbir di Hari Raya Idul Fitri dan Idul Video "Kemeriahan Malam Takbiran di Desa Tegal Badeng Timur Bali" [GambasVideo 20detik] dvs/lus
Pertanyaan Riri, bukan nama sebenarnya Bolehkah mengucapkan atau bertakbir saat hari raya sudah usai? Saya dengar banyak orang mengatakan tidak boleh. Jawaban Kiai Muhammad Hamdi Terkait hal ini, mari kita kaji hukum takbir saat hari raya dan setelah hari raya agar kita bersama dapat memahami hukum bertakbir secara komprehensif. Mazhab Maliki, Syafii, dan Hanbali berpendapat bahwa membaca takbir takbiran pada hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha adalah sunnah. Adapun redaksi kalimat takbir yang biasa dibaca oleh Umar bin Al-Khatthab, Ali bin Abi Thalib, dan Imam Abu Hanifah adalah sebagai berikut اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ Imam Asy-Syafii mengatakan bahwa kalimat takbir di atas boleh juga ditambah kalimat berikut اللَّهُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا إيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعَدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ Takbir ada dua macam, yaitu 1. Takbir muqayyad, yaitu takbiran yang dibaca setiap selesai shalat, baik shalat fardhu ataupun shalat sunnah, shalat berjamaah ataupun sendirian. Menurut mazhab Maliki, Syafii, dan Hanbali membaca takbir takbir muqayyad setelah shalat wajib adalah sunnah. Sedangkan mazhab Hanafi mengatakan hal tersebut adalah wajib. 2. Takbir muthlaq atau disebut juga dengan takbir mursal, yaitu takbiran yang dibaca tidak terikat dengan pelaksanaan shalat. Waktu membaca takbir muthlaq di mulai dari terbenamnya matahari hari terakhir bulan Ramadhan dan malam Idul Adha. Allah berfirman وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur QS. Al-Baqarah [2] 18. Takbir, baik muthlaq atau muqayyad dibaca dengan keras meninggikan suara untuk menampakkan syiar hari Id. Takbir bisa dibaca di berbagai tempat layak. Imam An-Nawawi berkata يُنْدَبُ التَّكْبِيرُ بِغُرُوبِ الشَّمْسِ لَيْلَتَيْ الْعِيدِ فِي الْمَنَازِلِ وَالطُّرُقِ وَالْمَسَاجِدِ وَالْأَسْوَاقِ بِرَفْعِ الصَّوْتِ، وَالْأَظْهَرُ إدَامَتُهُ حَتَّى يُحْرِمَ الْإِمَامُ بِصَلَاةِ الْعِيدِ Disunnahkan membaca takbir dengan terbenamnya matahari di malam dua Id di rumah-rumah, jalan-jalan, masjid-masjid dan pasar-pasar dengan meninggikan suara. Pendapat yang paling kuat adalah melanjutkan takbir sampai imam takbiratul ihram shalat Id. Takbiran Id ini adalah kegiatan yang paling utama. Syeikh Zakaria Al-Anshari berkata فَالتَّكْبِيرُ أَوْلَى مَا يَشْتَغِلُ بِهِ لِأَنَّهُ ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى وَشِعَارُ الْيَوْمِ Takbir adalah kesibukan paling utama, karena ia zikir kepada Allah dan syiar hari Id. Takbir di Luar Id Selain pada waktu-waktu yang telah dijelaskan di atas, maka tidak disunnahkan takbiran, karena takbiran adalah sebagai syiar hari raya dan hari tasyriq. Hukum “tidak disunnahkan” ini mencakup makruh dan khilaf al-aula sebuah perbuatan menyalahi yang utama atau yang afdhal. Al-Khathib Asy-Syirbini berkata وَاحْتَرَزَ بِقَوْلِهِ فِي هَذِهِ الْأَيَّامِ عَمَّا لَوْ فَاتَتْهُ صَلَاةٌ مِنْهَا وَقَضَاهَا فِي غَيْرِهَا فَإِنَّهُ لَا يُكَبِّرُ كَمَا قَالَهُ فِي الْمَجْمُوعِ وَادَّعَى أَنَّهُ لَا خِلَافَ فِيهِ؛ لِأَنَّ التَّكْبِيرَ شِعَارُ الْوَقْتِ كَمَا مَرَّ Dikecualikan dari kalimat “pada hari-hari ini” yaitu apabila seseorang meninggalkan shalat pada hari Id dan tasyriq lalu mengqadhanya pada hari lain, maka ia tidak disunnahkan takbiran, sebagaimana pendapat An-Nawawi di dalam Al-Majmu’. Beliau mengakui bahwa ini tidak ada perbedaan pendapat, karena takbir adalah syiarnya waktu sebagaimana keterangan yang lalu. Hukum tidak disunnahkan takbiran pada selain hari-hari di atas tersebut berlaku jika takbiran dibaca dengan suara keras dan menjadikannya sebagai syiar hari raya. Namun jika takbiran sendirian dengan suara pelan hanya terdengar oleh diri sendiri atau di dalam hati dan berniat zikir kepada Allah, tidak berniat menjadikannya sebagai syiarnya hari raya, maka boleh. Imam Al-Haramain berkata وَهَذَا كُلُّهُ فِي التَّكْبِيرِ الَّذِي يَرْفَعُ بِهِ صَوْتَهُ وَيَجْعَلُهُ شِعَارَ الْيَوْمِ، أَمَّا لَوْ اسْتَغْرَقَ عُمْرَهُ بِالتَّكْبِيرِ فِي نَفْسِهِ فَلَا مَنْعَ مِنْهُ Ini semua hukum dalam takbir yang dibaca dengan meninggikan suara dan dijadikan sebagai syi’arnya hari. Adapun jika seseorang menghabiskan umurnya dengan takbiran di dalam dirinya sendiri, maka itu tidak terlarang. Sahabat KESAN yang budiman, membaca takbir disunnahkan dilakukan pada dua hari raya baik Idul Fitri dan Idul Adha. Namun jika takbiran sendirian dengan suara pelan hanya terdengar oleh diri sendiri atau di dalam hati dan berniat zikir kepada Allah, meski bukan di hari raya, dan tidak berniat menjadikannya sebagai syiarnya hari raya, maka hukumnya boleh. Wallahu A’lam bish Ash-Shawabi. Referensi Al-Hawi Al-Kabir; Al-Mawardi, Kitab al-Fiqh ala Al-Madzahib Al-Arba’ah; Abdurrahman Al-Jaziri, Mughni al-Muhtaj; Al-Khathib Asy-Syirbini, Kanz Ar-Raghibin; Zakaria Al-Anshari, Minhaj Ath-Thalibin; An-Nawawi. *Jika artikel di aplikasi KESAN dirasa bermanfaat, jangan lupa share ya. Semoga dapat menjadi amal jariyah bagi kita semua. Aamiin. Download atau update aplikasi KESAN di Android dan di iOS. Gratis, lengkap, dan bebas iklan. **Punya pertanyaan terkait Islam? Silakan kirim pertanyaanmu ke [email protected]
News Takbiran keliling dilarang oleh pemerintah, hal itu karena kita sedang dalam situasi Pandemi Covid-19 Budi Arista Romadhoni Rabu, 12 Mei 2021 1500 WIB Ilustrasi malam takbiran Antara - Lebaran idulfitri kali ini masih berada di tengah pandemi Covid-19. Kegiatan takbiran keliling pun dilarang oleh pemerintah. Tidak ada takbiran keliling tentu saja membuat perayaan hari raya terasa sepi. Namun bagaimana hukum takbiran? Takbiran terbagi menjadi dua, takbiran saat Idulfitri dan takbiran saat Iduladha. Takbir saat Idulfitri tentu berbeda dengan Iduladha. Saat Iduladha, takbiran dilakukan setiap selesai salat fardhu sampai penghujung hari Tasyrik. Baca JugaMuhammadiyah dan PBNU Lebaran Bareng, 1 Syawal Jatuh Hari Kamis 13 Mei Menyadur dari - jaringan saat hari raya, takbir dibagi menjadi dua macam yakni takbir Mursal dan takbir Muqayyad. Takbir Mursal dibaca sejak terbenamnya matahari di penghujung bulan Ramadan malam hari raya hingga keesokan harinya sebelum salat Id dilaksanakan. Sedangkan takbir Muqayyad dibaca setiap selesai salat wajib, mulai dari setelah salat subuh pada hari Arafah 9 Dzulhijjah sampai sore hari di penghujung hari Tasyrik 13 Dzulhijjah. Bacaan takbir yang dibaca pada kedua takbir tersebut adalah Allâhu akbar Allâhu akbar Allâhu akbar lâ ilâha illallâhu wallâhu akbar, Allâhu akbar wa lillâhi-l-hamdAllâhu akbar kabîran wal hamdu lillâhi katsîra wa subhânallâhi bukratan wa ashîla, lâ ilâha illallâhu wa lâ na’budu illâ iyyâh, mukhlishîna lahuddîna wa law karihal kâfirun, lâ ilâha illallâhu wahdahu shadaqa wa’dahu wa nashara abdahu wa hazama al-ahzâba wahdahu, lâ ilâha illallâhu wallâhu akbar Baca JugaMUI Lumajang Durasi Khotbah Salat Idulfitri Diimbau 7 Menit Hukum membaca takbir pada Idulfitri dan Iduladha adalah sunnah muakkadah, yakni sunnah yang sangat dianjurkan dan ditekankan. Berita Terkait Sudahkah Anda mengetahui lirik takbiran Idul Adha 2023 beserta artinyaseperti apa? news 1456 WIB Dulu, tradisi Ngubek Empang dilakukan oleh warga dengan ekonomi pas-pasan sejak satu tahun sebelum Hari Raya Idulfitri. depok 1404 WIB Kepolisian Resor Polres Cirebon menerapkan sterilisasi jalan tol untuk pemberlakuan sistem satu arah alias one way mulai dari gerbang tol Palimananan KM188 hingga Tol Cikampek KM72 pada Sabtu sore atau H+7 Idulfitri 1444 H. linimasa 1605 WIB Pada bulan Syawal, tradisi Jawa akan merayakan Lebaran Idulfitri dan Lebaran Ketupat. Hal ini pun mengundang tanya sejumlah orang mengenai asal usul Lebaran Ketupat. news 0932 WIB Ada beberapa aktivitas yang tanpa disadari menjadi tradisi pasca lebaran. Mana dibawah ini yang kamu banget? yoursay 0848 WIB News Terkini PT Semen Gresik kembali meraih prestasi gemilang melalui tim PKM Remas pada ajang Indonesian Conference & Competition Occupational Safety and Health ICC-OSH 2023 News 1433 WIB Jawa Tengah menjadi salah satu daerah dengan kasus terbanyak tindak pidana perdagangan orang TPPO, hal itu tentu menjadi sorotan News 1009 WIB Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo membenarkan hari ini ia diudang secara khusus oleh Presiden Joko Widodo ke Istana Negara News 1650 WIB Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka enggan menanggapi rumor Kaesang Pangarep yang akan maju Pilkada 2024. News 1536 WIB Penanganan drainase untuk mencegah terjadinya banjir pada musim hujan mulai dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang News 1326 WIB Belum lama ini, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka sempat melakukan kunjungan kerja ke Korea Selatan. Ia mengaku membawa oleh-oleh untuk Kota Solo. News 1944 WIB Puan Maharani dan Agus Harimurti Yudhoyono AHY bakal duduk bersama membicarakan kerjasama politik jelang pemilihan umum Pemilu 2024 News 1801 WIB Kisah preman di Semarang, bertaubat ke jalan Tuhan usai menghabiskan masa muda dengan menjadi pengedar narkoba hingga begal News 1451 WIB Ada satu calon jamaah haji asal Klaten, yang tergabung Kloter 56 Embarkasi Solo meninggal dunia di pesawat dalam perjalanan ke Tanah Suci, Minggu 11/6/2023 News 1331 WIB Musik dangdut itu dimainkan seklompok ibu-ibu yang tergabung dalam Komunitas Yatiman Pasar Tambaklorok, mereka mengamen untuk anak yatim News 0710 WIB Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah Heri Pudyatmoko mendorong generasi muda untuk lebih meningkatkan kesadaran politik News 0637 WIB Sandiaga Uno membenarkan kemungkinan bergabung dengan PPP setelah resmi keluar dari Partai Gerindra News 2215 WIB Yoyok Sukawi tegaskan PSIS Semarang sudah ikhlas tidak lagi mengelola Stadion Citarum yang merupakan aset Pemkot Semarang News 1935 WIB Sosok Ganjar Pranowo diakui Ketua Umum Partai Perindo, Hary Tanoesoedibjo sebagai magnit partainya menjalin kerjasama dengan PDIP News 1534 WIB Dukungan pada calon presiden PDI Perjuangan Ganjar Pranowo kembali bertambah. Setelah PPP mendukung kali ini giliran Perindo yang menyatakan dukungan News 1517 WIB Tampilkan lebih banyak
hukum takbiran di luar hari raya