Yesusmemanggil murid-murid yang pertama. 1:16 Ketika > Yesus sedang berjalan > menyusur > danau > Galilea >, Ia melihat > Simon > dan > Andreas >, saudara > Simon >.Mereka sedang menebarkan > jala di > danau >, sebab > mereka > jala di > danau >, sebab > mereka Adabeberapa cara untuk merayakan Hari Guru di Indonesia. Salah satunya dengan upacara peringatan di sekolah-sekolah. Ada beberapa cara untuk merayakan Hari Guru di Indonesia. Salah satunya dengan upacara peringatan di sekolah-sekolah. Sabtu, 30 Juli 2022; Cari. Network. Tribunnews.com; TribunnewsWiki.com; Padawaktu itu orang yang berada di Yudea harus lari ke pegunungan. 13:15: Orang yang berada di atas atap rumah jangan turun dan masuk ke dalam rumah untuk mengambil sesuatu. 13:16: Orang yang berada di ladang jangan kembali untuk mengambil jubahnya. 13:17: Alangkah ngerinya hari-hari itu bagi wanita yang mengandung dan ibu yang masih menyusui Pensiun memang membuat kita kehilangan rutinitas bekerja, tapi bukan berarti kehilangan kesempatan untuk mengabdi dan berkarya. Semoga masa MODEL2 : CONNECTED A. Pengertian Model Connected atau model penghubung adalah model pengembangan kurikulum yang menghubungkan satu topik dgn topik berikutnya , satu konsep dengan konsep lainya, satu keterampilan dengan keterampilan lainnya , dalam satu mata pelajaran.Model terhubung ini penekanannya terletak pada perlu adanya integrasi inter bidang studi itu sendiri. Pemikiranfilosof Arthur Schopenhauer banyak dipengaruhi oleh dasar pemikiran Im manuel K ant. Kant membagi realitas dunia atas dua bagian yang ia sebut sebagai "das ding an Sich" [5] (no u mena) dan dunia yang terdiri dari obyek-obyek yang menampakan diri kepada subyek (f enomena). Pe n genalan subyek atas obyek yang menampakan diri ini terjadi melalui pengindraan dan refleksi intelek. . Bapak guru memberi tugas untuk jonas hari itu. Jonas berkta pada ibu di rumah bahwa ia tidak punya tugas agar bisa segera bermain. Berdasarkan sila pertama pancasila, bagai sebaiknya sikap jonas?Jawaban Sikap Jonas seharusnya berkata jujur kepada orangtuanya bahwa ia mendapatkan tugas dari guru nya di Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus selalu mengusahakan untuk berkata dan bersikap secara jujur bahkan untuk sesuatu hal yang sangat kecil. Pada persoalan di atas, Jonas berbohong atau tidak berkata kepada orangtuanya bahwa dia memiliki tugas yang diberikan oleh guru nya di sekolah. Perbuatan bohong ini bertentangan dengan nilai yang ada pada poin pertama pancasila, yaitu berupa pengkhianatan terhadap Tuhan yang Maha tersebut akan membawa Jonas ke dalam permasalahan dimana ada kemungkinan dia tidak memiliki waktu cukup untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, yang memungkinkan Jonas mendapatkan hukuman dari guru nya tersebut. Oleh karena itu, Jonas seharusnya selalu berkata jujur agar dia dapat menjalankan semua nya dengan demikian, sikap Jonas seharusnya berkata jujur kepada orangtuanya bahwa ia mendapatkan tugas dari guru nya di sekolah. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhSalam dan BahagiaIbu Bapak Guru Hebat IndonesiaPada kesempatan kali ini saya akan berbagi materi pada Modul 1 Mengenali dan Memahami Diri sebagai Pendidik Topik 1 Merdeka Mengajar pada platform mereka mengajar. Materi ini saya ambil dari aplikasi PMM yang berbentuk penjelasan materi yang disajikan dapat membantu Ibu Bapak Guru Hebat 1 Merdeka Mengajar terdiri dari 5 modul yang harus 1 Mengenali dan memahami diri sebagai pendidikModul 2 Mendidik dan mengajarModul 3 Mendampingi murid dengan utuh dan menyeluruh Modul 4 Mendidik dan melatih kecerdasan budi pekerti Modul 5 Pendidikan yang mengantarkan keselamatan dan kebahagiaanModul 1 Mengenali dan Memahami Diri Sebagai PendidikMengenali Diri dan Perannya Sebagai PendidikSebagai pendidik tentu sudah seharusnya mampu mengenali karakteristik dan kebutuhan murid. Akan tetapi hal yang paling mendasar juga harus dimulai dari diri sendiri yaitu mengenali kekuatan dan kelemahan diri. Kita perlu terus belajar agar bisa mengantarkan murid-murid untuk berdaya dan menjadi manusia merdeka. Dengan kesadaran untuk terus belajar secara mandiri, kita telah mengatur diri sendiri. Ini adalah bagian dari perjalanan kita menjadi manusia merdeka. Menurut Ki Hajar Dewantoro "manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya bersandar pada kekuatan sendiri baik lahir maupun batin tidak tergantung pada orang lain".Jika kita mengharapkan murid-murid kita kelak menjadi pribadi yang mandiri dan merdeka tentunya penting untuk mereka mengenali diri, berdaya untuk menentukan tujuan dan kebutuhan belajarnya yang relevan dan kontekstual terhadap diri dan lingkungannya. Sebagaimana disampaikan oleh Ki Hajar Dewantoro dalam dasar-dasar pendidikan "pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat".Bagaimana memaknai dan menghayati pribadi kita sebagai manusia yang merdeka untuk terus belajar. Murid-murid kita kini memiliki cara belajar yang sungguh berbeda dengan kita dahulu. Mereka sangat fasih dengan teknologi, menjadikan internet sebagai salah satu sumber belajar utama. Mereka bisa dengan cepat mencari dan mengkonfirmasi pengetahuan. Dengan teknologi dalam genggaman mereka bisa menjangkau pengetahuan sekalipun tanpa kita kita memang sudah jauh berbeda dengan kita. Namun, mereka tetap butuh kehadiran sosok pendidik. Ki Hajar Dewantoro pernah menyampaikan "pendidik itu menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya bukan dasarnya hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak".Apa peran kita sebagai pendidik untuk dapat menuntun kekuatan kodrat dari murid-murid kita? Bagaimana kita bisa menjaga hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat murid-murid kita? Mari kita bersama terus belajar demi meraih tujuan pendidikan, menjadi manusia merdeka yang kelak akan menuntun murid-murid kita menjadi manusia merdeka peran saya sebagai guruMerefleksikan peran kita sebagai guru baik untuk murid-murid kita di sekolah, maupun untuk masa depan bangsa, agar kita mampu mengenali diri, dan memahami peran sebagai pendidik berdasarkan pemikiran Ki Hajar apa yang membuat ibu dan bapak guru merasa sangat bersamaan pergi ke sekolah? Apakah karena wajah-wajah murid, yang menengadah memandang ke arah kita saat kita menerangkan di depan kelas? Apakah tak sabar ingin menyaksikan kemajuan belajar salah satu murid yang kemarin baru saja kita terangkan sampai berulang kali? Atau sangat ingin menunjukkan bahan ajar yang seru yang sudah kita siapkan pada murid-murid? Semangat ibu dan bapak guru dalam memulai hari ini tentu akan merambat pada energi belajar anak-anak. Mungkin tidak hanya hari itu saja, ketika kelak mereka dewasa, mungkin menjadi pemimpin masyarakat, mereka akan membawa semangat itu. Dengan murid-murid kita yang sekarang adalah generasi digital native, fasih berselancar di internet, bisa mendapat pengetahuan, bahkan mempelajari keterampilan sesuai kebutuhan belajar mereka, bagaimana ibu dan bapak guru perlu menyelaraskan peran sebagai pendidik yang relevan dengan konteks murid dan guru, kita pasti ingin membekali murid-murid dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk terus belajar, mendampingi mereka memahami dan mencapai tujuan belajar. Mengutip pernyataan Ki Hajar Dewantoro, memberi ilmu demi kecakapan hidup anak dalam usaha mempersiapkannya untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti seluas-luasnya. Apa harapan ibu dan bapak guru untuk murid-murid yang kini tengah diampu? Harapan tentu boleh setinggi langit, karena murid-murid ini kelak akan menjadi dewasa, menjadi bagian atau bahkan memimpin masyarakat, dan pada akhirnya akan membentuk kebudayaan kita di masa depan. Bisa jadi saat ini, ibu dan bapak guru memberi kesempatan murid-murid menyiapkan presentasi untuk dibawakan di depan kelas. Murid-murid dituntun untuk menulis konsep, menyusun kata-kata, dan menyampaikan idenya di depan teman-teman sekelasnya. Beberapa tahun ke depan, bisa jadi ada murid ibu dan bapak guru yang berbicara di depan rekan sekantornya saat rapat, atau bahkan berbicara pada konferensi tingkat internasional mewakili negara Hajar Dewantoro menyamakan "mendidik anak dengan mendidik rakyat. Kehidupan kita saat ini adalah buah dari pendidikan yang kita terima saat kita masih anak-anak." Begitu pula dengan anak-anak yang saat ini belajar bersama kita kelak akan menjadi bagian dari masyarakat di masa depan mengingat bahwa murid-murid kita akan menjadi masyarakat masa depan. Apa yang bisa kita lakukan untuk mengantarkan mereka menuju mimpi dan cita-cita mereka? Ketika kita menyadari banyak murid-murid dengan beragam impian, potensi, dan kebutuhan di kelas, bagaimana kita menyelesaikan peran untuk menonton perjalanan mereka? Untuk pada akhirnya menemukan siapa diri mereka dan mengantarkan mereka menuju dan bapak guru, hari ini kita belajar bahwa ternyata peranan seorang pendidik sangat besar. Hal apapun yang kita lakukan di kelas dari segi memfasilitasi proses belajar, metode kerja kelompok, atau hal sekecil ucapan pujian maupun cemoohan yang tidak sengaja terucap akan meninggalkan makna bagi murid-murid, yang kelak akan menjadi bagian dari masyarakat. Sejak merancang, memfasilitasi, hingga menilai proses pembelajaran, kita sebagai guru mesti hadir secara utuh. Setiap hal kecil yang kita sampaikan di kelas akan berkontribusi pada kecakapan hidup anak saat dewasa. Semua yang kita rancang untuk disimak murid-murid mesti bertujuan. Sebab saat mengajar di dalam kelas, ibu dan bapak guru sebenarnya sedang membentuk masyarakat, membentuk budaya masa depan lewat murid-murid menjadi guru seperti apa sayaMurid seringkali terinspirasi dari ibu dan bapak gurunya. Tentu sebagai guru, kita ingin memberikan pengaruh-pengaruh yang baik di masa depan kita mengingat, siapa-siapa saja guru yang kita senangi dahulu, dan kenapa? Apakah ada sosok guru saat sekolah yang pernah memberi nasehat yang hingga saat ini ibu dan bapak guru ingat? Misalnya sosok guru yang dikagumi bertutur kata lembut, menyimak pendapat kita, atau guru yang selalu ada momen yang menjadi titik balik, misalnya ada guru yang memberi tugas selalu membuat ibu dan bapak guru menemukan kemampuan tersembunyi dalam diri? Apakah ada sosok guru yang memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan membuat ibu bapak ingat hingga saat ini? Beriringan dengan mengingat pengalaman menyenangkan, sekarang mari kita ingat juga pengalaman tidak menyenangkan dengan sosok guru saat kita sekolah dulu. Apakah ibu dan bapak guru memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan dengan sosok guru? Apa pengalaman yang kurang menyenangkan yang ibu bapak guru alami? Apakah ibu dan bapak guru pernah merasa takut atau terintimidasi dengan sosok guru yang galak apakah ibu dan bapak pernah merasa dipermalukan?Mari kita mengenang pula awal mula memilih profesi mulia ini. Ketika memutuskan bekerja sebagai guru, sebenarnya kita ingin menjadi sosok guru seperti apa? Apakah ingin menjadi guru yang memberi energi positif kepada murid? Apakah ingin menjadi guru yang membuat murid terus tertarik untuk belajar? Apakah ingin menjadi guru yang membekalinya dengan kemampuan untuk terus belajar hingga akhir hayat? Selamat dan bahagia serta siap hidup dan mengisi zamannya? Ketika kita ingin murid menjadi pribadi yang berkolaborasi misalnya apakah bentuk pembelajaran di kelas sudah membantu belajar untuk saling berkolaborasi atau malah cenderung berkompetisi? Ketika kita ingin murid menjadi pribadi yang bisa belajar secara mandiri misalnya, sudahkah kita membekali mereka dengan kemampuan mencari sumber belajar yang kredibel atau malah hanya menyuapi mereka dengan materi yang sudah tersedia di buku? Ketika kita ingin murid menjadi pribadi yang memiliki empati misalnya, sudahkah kita berempati dengan murid-murid kita? Ketika kita ingin murid menjadi selamat dan bahagia, sudahkah kita menciptakan suasana belajar yang selamat dan bahagia? Mari kita ingat-ingat lagi keseharian kita mengajar di kelas. Sudahkah kita menjadi seperti sosok guru yang kita kagumi? Apakah kita sudah berupaya menjadi guru seperti guru-guru yang pernah kita idolakan? Apakah kita sudah menjadi sosok guru yang menyenangkan untuk murid-murid? Sudahkah kita berusaha terus beradaptasi dengan perubahan yang ada misalnya di masa pandemi ini, apakah kita sudah menciptakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar murid? Apakah ikhtiar yang kita lakukan selama ini sudah sejalan dengan tujuan pendidikan? Menjadi guru atau pendidik itu sangat menantang apalagi dengan perubahan zaman yang dinamis seperti yang kita alami saat adaptif terhadap perubahan. Seperti disampaikan oleh Ki Hajar Dewantoro "pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti kekuatan batin karakter, pikiran intelek, dan tubuh anak."Tidak hanya materi yang kita ajar, tapi juga semua tingkah laku, akan membekas dan membentuk murid-murid, sebagaimana kita dibentuk oleh guru kita dahulu. Memang tidak mudah namun layak diperjuangkan. Ibu dan bapak ciptakan rasa takjub dan kasmaran belajar pada diri murid-murid. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Perkembangan teknologi adalah hal yang tidak bisa dihindarkan dan membawa banyak perubahan. Hampir semua aktivitas terasa mudah dikerjakan, akan tetapi banyak dampak yang tidak mudah dikendalikan. Termasuk dalam dunia dan internet layaknya dua sisi mata pedang. Di satu sisi mereka memudahkan setiap aktivitas individu dan membantu siswa dalam mencari informasi apapun terkait pembelajaran di sekolah. Siswa menjadi terbantukan jika ada soal-soal sulit yang jawabannya tidak mereka dapatkan di buku sekolah. Tapi pada sisi lain juga bisa menjadi candu yang berbahaya dan mengurangi kemampuan berpikir kritis dari para sebagai garda terdepan dunia pendidikan, para guru belum memahami sepenuhnya paradoks perkembangan teknologi dan internet ini. Guru justru menggunakan kemudahan yang ditawarkan teknologi dan internet dalam meringankan beban kerja mereka, tapi tidak memikirkan dampak negatif yang bisa ditimbulkan terhadap siswa. Pada tingkat pendidikan menengah ke atas, mendidik siswa melalui gawai seolah menjadi sebuah kebiasaan, dan berkembang menjadi budaya baru. Dengan harga gawai dan paket internet yang terjangkau, guru seolah berpikir setidaknya setiap siswa mereka dibekali gawai dan nomor telepon selular oleh orang tuanya. Dengan begitu, guru akhirnya menjadi lebih sering memberi tugas melalui aplikasi pesan. Tak jarang pula, informasi terkait sekolah dan tugas-tugas anak didik disampaikan lewat pesan singkat secara mendadak. Kondisi ini akhirnya membebani beberapa orang tua siswa. Mereka mau tidak mau harus membekali anak-anak mereka dengan gawai supaya tidak ketinggalan informasi tugas sekolah. Padahal, tidak semua orang tua dan siswa mampu dan mau membeli gawai dan paket aplikasi WhatsApp di gawai anak saya misalnya, terdapat beberapa grup yang dibuat oleh masing-masing guru mata pelajaran tertentu, seperti grup Tugas IPA, grup Tugas IPS, grup Bahasa Inggris, dan lainnya. Setiap sore atau malam hari sepulangnya dari sekolah, bisa dipastikan putri saya selalu mengecek pesan di grup-grup tersebut, sekiranya ada tugas mendadak yang diberikan guru. Dan tidak sekali dua kali saja saya membaca pesan di grup WhatsApp putri saya, guru sekolahnya memberi tugas secara mendadak. Malam hari dikerjakan, besok harus ini memang tak bisa dihindari. Keberadaan gawai membuat informasi yang disampaikan guru atau pihak sekolah bisa cepat tersampaikan secara mudah. Namun ini juga sekaligus menjadi sebuah paradoks tersendiri. Di saat orang tua sedapat mungkin membatasi penggunaan gawai oleh anak mereka, guru malah membuat anak didik mereka menjadi tergantung pada keberadaan gawai sebagai media penyambung informasi itu, penyampaian tugas sekolah atau materi pendidikan lainnya melalui gawai dan internet membuat siswa menjadi malas membaca buku, serta mengurangi daya berpikir kritis mereka. Siswa seolah merasa tanpa adanya buku, informasi dan jawaban soal-soal yang diberikan guru bisa mereka dapatkan di internet. Siswa merasa tak perlu bersusah payah belajar grammar Bahasa Inggris, karena sudah ada Google Translate. Siswa merasa tak perlu bersusah payah menghafal berbagai rumus konversi satuan karena internet sudah menyediakannya, tinggal memasukkan angka dan sim salabim, keluarlah hasil perhitungan satuan pembelajaran seperti ini seolah menafikan arti penting gerakan literasi yang digelar pihak sekolah. Sebelum pelajaran dimulai, sekolah menyediakan waktu sekitar setengah jam supaya siswa bisa membaca berbagai macam buku di sekolah. Namun, ini menjadi tidak berarti karena sepulang sekolah, siswa kembali berkutat dengan gawai beberapa kesempatan pertemuan orang tua/wali murid dengan guru, berulang kali saya menyampaikan keberatan perihal penyampaian informasi sekolah dan tugas murid yang dilakukan guru melalui aplikasi perpesanan. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya

bapak guru memberi tugas untuk jonas hari itu